Pada kesempatan yg varokah barokah kali ini saya akan berbagi tulisan menarik mengenai arti kebahagian yg sesungguhnya. Tulisan menarik ini saya dapat dari buku yg sebelumnya telah saya baca. Rasanya tulisan menarik ini lebih cocok saya diberi judul "Kebahagiaan Bukan Sekedar Angka". Semoga tulisan menarik ini dapat bermanfaat untuk teman-teman semua, tanpa berlama-lama langsung saja check this out....
Kebahagiaan Bukan Sekedar Angka
Majalah Fortune maupun majalah Frobes menggunakan angka-angka untuk menilai kesuksesan sebuah perusahaan, apakah perusahaan itu sukses atau gagal. Kesuksesan perusahaan tersebut ditunjukan oleh besarnya angka penjualan, angka keuntungan angka produktifitas, angka kemampuannya menembus pasar global, besarnya angka yg dikeluarkan utk meningkatkan kinerja sumber daya manusia dan besarnya angka untuk meningkatkan citra perusahaan. Perusahaan yg paling besar angkanya adalah perusahaan yg paling top di dunia. Hal tersebut juga berlaku untuk CEO (Chief Executive Officer) perusahaan. CEO merasa bahagia kalau angka-angka yg telah ditargetkan dpt dicapai.
Angka-angka yg menunjukan kesuksesan inilah yg dikejar oleh para CEO di antero dunia. Richard McGinn merupakan CEO Lucent Technologis yg pernah sukses mengubah devisi pembuatan peralatan AT&T, menjadi bintang Wall Street setelah meraih kenaikan penjualan dua digit (lebih dari 10%). Tetapi, ia tak bertahan selamanya, dan pada tahun 2000, Lucent dua kali menemui kegagalannya meraih target. Masalahnya berada pada tenaga penjualan. Dari berbagai laporan media bisnis, perintah McGinn kepada pasukan penjualannya adalah wujudkan transaksi, apapun kendalanya. Menurut media, Lucent menjanjikan beragam diskon, kredit dan insentif-insentif lain untuk merangsang penjualan. Ketika target kembali gagal diraih, semuanya hancur dan McGinn terkapar. Harga saham Lucient jatuh dan masa depan perusahaan kacau balau. McGinn merasa sedih karena tidak dpt memenuhi angka-angka yg dibuatnya.
Pramod Batra, masih dalam bukunya Born To Win, mengisahkan Henry Ford dan penjual bunga. Hendry Ford membeli bunga untuk istrinya dari sebuah toko setiap jum’at malam. Suatu ketika, ia bertanya pada si penjual bunga yg telah berusia lanjut. “Pak, toko Anda laris. Mengapa tidak membuka cabang?” Tanya Henry Ford. “Ya, terus sesudah itu?” jawab si penjual bunga sambil bertanya kembali. “Bapak akan mempunyai beberapa cabang di Detroit,” kata Ford. Penjual bunga kembali bertanya, “Ya, terus sesudah itu?”. Henry Ford, “kemudian diseluruh Amerika”. Penual bunga masih menjawabnya dengan pertanyaan yg sama, “Ya, sesudah itu?” kemudian Henry Ford dengan nada agak marah menjawab, “Ya ampun, tentu saja Bapak akan bahagia”. Mendengar pernyataan itu si penjual bunga bertutur singkat, “Ya, saya memang sudah bahagia sekarang ini.” Henry Ford kemudian berlalu dengan menahan rasa malu. Itulah perbedaan antara kebahagiaan orang yg diukur dengan angka dan yg tidak diukur dengan angka. Penjual bunga mengukur kebahafiaan tidak dengan angka, sedangkan Henry Ford justru sebaliknya, dia mengukur kebahagiaan dengan angka, yaitu angka cabang erusahaan, ataupun angka keuntungan perusahaan.
Sebagian besar dari kita sering kali mengukur kebahagiaan dengan angka-angka, yatu angka jumlah rumah atau harga rumah, jumlah mobil, jumlah perusahaan, angka dalam tabungan, angka saham kepemilikan perusahaan, dan angka-angka lainnya dengan harapan akan bahagia. Ironisnya, angka-angka itu justru dapt menjerumuskan jika kita tak mampu menggunakan angka-angka itu dengan baik. Jika kita dpt hidup bahagia dengan angka-angka, maka kita dpt pula mati mengenaskan dengan angka-angka.
Kebahagiaan Bukan Sekedar Angka
Majalah Fortune maupun majalah Frobes menggunakan angka-angka untuk menilai kesuksesan sebuah perusahaan, apakah perusahaan itu sukses atau gagal. Kesuksesan perusahaan tersebut ditunjukan oleh besarnya angka penjualan, angka keuntungan angka produktifitas, angka kemampuannya menembus pasar global, besarnya angka yg dikeluarkan utk meningkatkan kinerja sumber daya manusia dan besarnya angka untuk meningkatkan citra perusahaan. Perusahaan yg paling besar angkanya adalah perusahaan yg paling top di dunia. Hal tersebut juga berlaku untuk CEO (Chief Executive Officer) perusahaan. CEO merasa bahagia kalau angka-angka yg telah ditargetkan dpt dicapai.
Angka-angka yg menunjukan kesuksesan inilah yg dikejar oleh para CEO di antero dunia. Richard McGinn merupakan CEO Lucent Technologis yg pernah sukses mengubah devisi pembuatan peralatan AT&T, menjadi bintang Wall Street setelah meraih kenaikan penjualan dua digit (lebih dari 10%). Tetapi, ia tak bertahan selamanya, dan pada tahun 2000, Lucent dua kali menemui kegagalannya meraih target. Masalahnya berada pada tenaga penjualan. Dari berbagai laporan media bisnis, perintah McGinn kepada pasukan penjualannya adalah wujudkan transaksi, apapun kendalanya. Menurut media, Lucent menjanjikan beragam diskon, kredit dan insentif-insentif lain untuk merangsang penjualan. Ketika target kembali gagal diraih, semuanya hancur dan McGinn terkapar. Harga saham Lucient jatuh dan masa depan perusahaan kacau balau. McGinn merasa sedih karena tidak dpt memenuhi angka-angka yg dibuatnya.
Pramod Batra, masih dalam bukunya Born To Win, mengisahkan Henry Ford dan penjual bunga. Hendry Ford membeli bunga untuk istrinya dari sebuah toko setiap jum’at malam. Suatu ketika, ia bertanya pada si penjual bunga yg telah berusia lanjut. “Pak, toko Anda laris. Mengapa tidak membuka cabang?” Tanya Henry Ford. “Ya, terus sesudah itu?” jawab si penjual bunga sambil bertanya kembali. “Bapak akan mempunyai beberapa cabang di Detroit,” kata Ford. Penjual bunga kembali bertanya, “Ya, terus sesudah itu?”. Henry Ford, “kemudian diseluruh Amerika”. Penual bunga masih menjawabnya dengan pertanyaan yg sama, “Ya, sesudah itu?” kemudian Henry Ford dengan nada agak marah menjawab, “Ya ampun, tentu saja Bapak akan bahagia”. Mendengar pernyataan itu si penjual bunga bertutur singkat, “Ya, saya memang sudah bahagia sekarang ini.” Henry Ford kemudian berlalu dengan menahan rasa malu. Itulah perbedaan antara kebahagiaan orang yg diukur dengan angka dan yg tidak diukur dengan angka. Penjual bunga mengukur kebahafiaan tidak dengan angka, sedangkan Henry Ford justru sebaliknya, dia mengukur kebahagiaan dengan angka, yaitu angka cabang erusahaan, ataupun angka keuntungan perusahaan.
Sebagian besar dari kita sering kali mengukur kebahagiaan dengan angka-angka, yatu angka jumlah rumah atau harga rumah, jumlah mobil, jumlah perusahaan, angka dalam tabungan, angka saham kepemilikan perusahaan, dan angka-angka lainnya dengan harapan akan bahagia. Ironisnya, angka-angka itu justru dapt menjerumuskan jika kita tak mampu menggunakan angka-angka itu dengan baik. Jika kita dpt hidup bahagia dengan angka-angka, maka kita dpt pula mati mengenaskan dengan angka-angka.
Note: Angka tidak selalu mencerminkan kebahagiaan, kebahagian yg sesungguhnya berasal dari hati -raizal san-
“Kenanglah anugrah-anugrah Allah supaya kamu bahagia.” (Al-A’Raaf,69)